Jokowi & Pelajaran Politik Untuk Aceh
Pak Jokowi, pelantikan kali ini adalah puncak karir bapak
sebagai politisi, setelah bapak melewati berbagai fase karir, beranjak dari
keluarga biasa-biasa saja hingga menjadi orang nomor satu di republik ini,
setelah ini bapak akan pensiun, menikmati kehidupan bersama cucu-cucu yang
menggemaskan, sehingga bapak begitu sempurna menjalani kehidupan ini.
Kesempurnaan bapak dalam menjalani kehidupan bukan
terjadi begitu saja, bapak beranjak dari ketiadaan hingga menjadi serba ada,
berkat doa dan ketulusan seorang ibu yang tiada henti-hentinya memberikan doa
yang tulus kepada bapak, apalagi mengingat bapak adalah satu-satunya anak
lelaki dari keluarga.
Memulai karir sebagai pengusaha tukang kayu, lalu menjadi
Walikota dua periode, kemudian menjadi Gubernur satu periode, lalu Insyaallah
akan kembali dilantik sebagai Presiden untuk dua periode. Bapak satu-satunya
politisi di Indonesia mungkin bahkan di dunia yang beranjak dari paling bawah
hingga menuju puncak karir, selamat Pak, selamat, saya sungguh mengagumi perjalanan
karir hidup bapak.
Memulai
karir seperti ini memang bukanlah perkara mudah, apalagi dinegeri +62 ini, yang
memiliki keragaman, namun saya meyakini bapak mampu meraih semuanya adalah
berkat kerja keras, ketekunan, sabar dan optimisme, dan yang paling penting
adalah karakter.
Melihat pesta demokrasi sudah usai, meski diterpa
berbagai isu fitnah terhadap bapak, meski lawan bapak membawa strategi politik
indetitas, namun hasilnya bapak mampu meraih mayoritas suara, namun ada
beberapa daerah yang cukup termakan isu-isu miring terhadap bapak, hingga
meraih suara kalah telak, dalam hal ini seperti Aceh, Sumatera Barat, Jambi,
dll. Hal yang paling menyedihkan adalah ketika bapak dituduh anti Islam,
padahal bapak dan keluarga bapak adalah Islam dan juga paling menyedihkan lagi
adalah ketika Ibu bapak dituduh macam-macam, tapi saya yakin ibu bapak sangat
kuat dalam hal ini.
Mengingat ini adalah terakhir kali bapak berada dalam
kekuasaan, karena aturan tak memperbolehkan bapak untuk kembali mencalonkan diri
lagi, maka kepemimpinan kali ini perlunya bapak berikan pelajaran politik bagi
daerah-daerah yang selama ini berhembus kencang isu-isu miring terhadap bapak,
pelajaran politik ini sangat penting agar masyarakat bisa belajar dari
kesalahan masa lalunya, belajar untuk memahami perkembangan politik, belajar
untuk tidak mudah termakan isu-isu propaganda, dan tidak menjadikan agama
sebagai komoditas politik.
Agar ini menjadi pelajaran penting, bahwa orang harus
menghargai kerja keras dan jerih payah pemimpin dalam membangun negara. Aceh
misalnya, meski bapak kalah dalam Pilpres 2014, tapi perhatian bapak terhadap
daerah Aceh sungguh baik, bapak satu-satunya presiden yang paling banyak
berkunjung ke Aceh dalam jangka waktu 4,5tahun, membangun proyek-proyek
strategis nasional yang puluhan tahun terabaikan, memperhatikan Aceh layaknya
kampung halaman, namun yang dibalas adalah kekalahan telak dan hinaan terhadap
bapak di Aceh sungguh luar biasa.
Perlakuan orang Aceh dan orang Papua terhadap bapak
sungguh bertolak belakang, orang Papua mencintai bapak dengan memilih bapak,
karena mereka menghargai perhatian dan kerja keras bapak untuk daerah mereka
yang terabaikan puluhan tahun, tapi orang Aceh melakukan hal yang berbeda.
Masyarakat Aceh lebih memilih orang yang dulunya
membantai keluarga mereka, dari keluargaa Order Baru yang 32 tahun berkuasa dan
menjarah sumber daya alam dinegeri ini puluhan tahun, apakah memang begitu
karakter orang Aceh "Air susu dibalas tuba", dan "tuba dibalas
air susu", bukan bapak saja, dulu saat Yusuf Kalla berhasil merintis
perdamaian Aceh, beliau juga diperlakukan hal yang sama, saat Yusuf Kalla
mencalonkan Presiden, beliau tidak dipilih, padahal Yusuf Kalla adalah tokoh
nasional yang paling dekat dengan Aceh dan menaruh perhatian khusus terhadap
konflik di Aceh, beliau sangat memperhatikan Aceh dan juga sebagai perintis
perundingan hingga membuahkan hasil.
Jangan perhatikan Aceh untuk lima tahun kedepan pak,
biarkan, biarkan, bukan untuk dendam, tapi agar ini menjadi pelajaran penting,
bahwa masyarakat harus menghargai pemimpinnya, jika tidak memilih setidaknya
jangan memfitnah, apalagi fitnah terhadap bapak sungguh kejam, karena ini
menyangkut spritual, di negeri yang syariat namun pada tahun 2018, Peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menobatkan Aceh adalah daerah paling
tinggi tingkat penerimaan terhadap hoaks terkait bangkitnya komunisme,
kriminalisasi ulama, dan masuknya jutaan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China,
yang semuanya difitnahkan kepada bapak secara membabi buta.
0 comments