Jepang Lebih Islami Dari Aceh
Kalau boleh saya katakan, kita Aceh ini fanatik terhadap
Islamnya, tapi bukan fanatik terhadap ajaran yang terkandung dalam Islamnya,
buktinya kita sudah biasa melihat dan melakukan hal hal kecil seperti melanggar
aturan, arogan, mengumpat, buang sampah sembarangan, mengejek, mau menang
sendiri, menghina, tidak sabaran dan banyak lainnya. Belum lagi tentang hal
besar seperti Korupsi, Kolusi, Nepotisme, memukul orang, membunuh orang dan
lainnya.
Sebagai contoh kecil yang paling sering saya temui, orang
kita Aceh, paling anti yang namanya antri, ketika antri berlomba lomba
mendahulukan tanpa peduli pada orang yang lebih duluan, alasannya simpel yaitu
buru-buru, terus apakah buru-buru menjadi alasan setiap orang untuk
mendahulukan orang lain, apakah kemudian yang lain tidak buru-buru?, padahal
budaya antri itu adalah budaya melatih kesabaran, sedangkan sabar adalah bagian
dari nilai nilai yang terkandung dalam Islam.
Sedangkan mulut kita berbusa-busa membaca ayat-ayat suci
didalam berbagai kesempatan. Namun tidak kita implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan itu malah tidak kita lihat ada dalam budaya jepang dan
negara-negara barat lainnya yang mayoritas kristen. Maka dari itu, karakter
mereka sebenarnya lebih Islami dibandingkan kita Negeri Syariat.
Ketika Tsunami di Jepang yang membuat saya terperangah
adalah, mereka tetap masih mau mengantri dengan sabar tanpa berlomba lomba
mendahulukan, sedangkan kita?, Apa yang diperlihatkan Jepang pada dunia pasca
tsunami seharusnya menjadi beban moral pada kita ummat Islam khususnya seperti
di Aceh yang menerapkan Syariat Islam.
Bagaimana bisa, Negara yang mayoritasnya penduduk Non Islam
dan tidak melebelkan Agama apapun pada tatanan kenegaraannya, tapi
masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Agama
khususnya Islam. Sedangkan di Aceh, sebuah daerah yang memperjuangkan
mati-matian terhadap symbol Islam, tapi perilaku masyarakatnya sangat tidak
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Aceh dan Jepang adalah sama-sama pernah merasakan besarnya
gelombang tsunami yang menghantam daratan. Ketika Aceh terjadi bencana tsunami,
ada ratusan Negara yang kemudian turun membantu, uang melimpah, makanan melimpah,
namun apa yang terjadi?. Korupsi menyubur, kerakusan dimana mana yaitu dengan
menumpuk bantuan untuk kepentingan pribadi, maka dari itu tidak heran jika kita
melihat banyak orang yang mendapatkan bantuan lebih, sedangkan disatu sisi
masih banyak yang juga tidak tersentuh bantuan, dengan begitu tidak heran jika
kita melihat dan mengistilahkan “kaya karena tsunami”. Contoh kasus adalah
penerimaan rumah bantuan, ada yang mendapatkan lebih dari satu, ada pula yang
bahkan tidak mendapatkan satupun.
* kalau tidak setuju, no problem
Sekedar catatan
0 comments